Kamis, 28 Maret 2013

CINTA MENURUT TASAWUF



Cinta adalah modal seorang sufi dalam menapaki kehidupan spiritual. Oleh kalangan sufi cinta diistilahkan dengan mahabbah. Dalam tasawuf mahabbah merupakan sebuah maqam (jenjang spiritual yang harus dilalui seorang salik). Setiap hamba memiliki tujuan untuk mendapatkan mahabbah. Oleh sebab itu Imam al-Ghazali menjadikan mahabbah sebagai puncak maqam.

Sebuah kisah dari Matsnawi, Jalaluddin Rumi mengisahkan, suatu Ketika Nabi Musa sedang berjalan di padang rumput dan mendapati seorang gembala kambing yang sedang beristirahat sambil berkata: Wahai Tuhanku aku sungguh mencintaiMu. Aku akan melayaniMu sepuas hatiKu. Aku sayang Engkau. Aku ingin sekali membelai dan menyisir rambutMu. Aku ingin sekali menyemir sepatumu.Mendengar perkataan demikian Nabi Musa marah dan menasihati Si penggembala kambing. Wahai penggembala kambing apa yang telah kau katakan telah menodai derajat Tuhan. Kamu tidak pantas berkata begitu, karena Tuhan tidak membutuhkan apa yang kau katakan. Si gembala menyeringai ketakutan. Sambil memohon, penggembala itu berkata: Wahai Nabi Musa engkau yang lebih mengetahui hubungan antara hamba dan Allah. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Yang jelas cintaku pada Tuhan melebihi cintaku pada apapun. Musa menjawab: Jika begitu adanya bertobatlah kamu!

Seketika sipenggembala lari menuju hutan dan tidak kelihatan mukanya selama beberapa hari. Beberapa saat kemudian Nabi Musa mendapat teguran dari Allah. Seolah-olah Allah menyalahkan semua tindakan Nabi Musa yang membentak penggembala kambing. Kemudian Nabi Musa mendengar suara tanpa kalimat yang mengatakan:

Wahai Musa engkau telah memisahkan antara Aku dan hambaKu. Pecinta dan Yang diCinta tidak dibatasi oleh kata-kata dan kalimat. Pecinta dan Sang diCinta tidak terikat ikatan hukum dan formalisasi. Datanglah padanya sampaikan salamku untukNya. Berbuatlah sesuka dia. Sesungguhnya Aku sangat mencintai dan ridla padanya.

Mendengar Allah berkata demikian Nabi Musa dengan kontan meminta ampun dan langsung mencari si penggembala kambing ke padang rumput tempat biasa sang penggembala mengembalakan kambingnya. Tetapi Nabi Musa tidak menemukan si Penggembala.
Lama dia mencari hingga berhari-hari hingga ia menemukan si penggembala di dalam hutan dalam keadaan bersedih. Dia merintih sedih tidak bisa meluapkan rasa kasihnya kepada Tuhan. Lalu Nabi Musa mendekatinya. Wahai penggembala kambing sesungguhnya Allah telah berfirman kepadaku. Berbuatlah sesukamu karena Allah mencintai dan ridla kepadamu.


Hikmah

Dari cerita ini menjelaskan kepada kita bahwa cinta adalah kedudukan seorang hamba yang mengenal Tuhannya. Ia tidak terikat aturan atau sekat lainnya. Karena cinta merupakan essensi kedekatan seorang wali.

Kitapun bisa melihat sosok sufi wanita yang memiliki cinta mendalam kepada Allah swt. Dia adalahRabi'ah al-Adawiyyah. Cintanya kepada Alah mengalahkan cintanya kepada apapun. Cintanya kepada Allah adalah cinta buta. Dia tidak merasa kesepian walaupun hidup sebatang kara. Dia tidak merasa sengsara walaupun hidupnya penuh dengan penderitaan. Dia selalu riang gembira karena hati dan jiwanya selalu terkiblat pada Allah swt. Keriang-gembiraannya ini dibarengi juga dengan kesedihan ratapi, karena selalu merasa menjadi hamba yang kurang dan penuh dengan dosa. Dengan demikian rasa cintanya berbarengan dengan rasa takut kepada Allah swt. Rabi'ah membagi cinta kepada Allah swt itu dua tingkatan:
1. Cinta_rindu
2. Cinta karena Allah lah yang pantas dicintai

Imam al-Ghazali menafsirkan cinta rindu
Beliau berpendapat, bahwa cinta yang dialami Rabi'ah pada tingkat ini adalah tingkatan awal (masih dalam taraf awam). Yang dimaksud dengan cinta rindu adalah cinta kepada Alah yang disebabkan karena kesadaran berterimaksih sebab Allah swt telah memmberikan karunia yang sangat besar kepadanya. Untuk itu dia wajib berterimaksih kepada Allah swt. Dengan berterimakasih kepada Allah, maka akan menimbulkan rasa simpatik dan cinta kepada Allah swt. Kesimpulannya cinta rindu diakibatkan rasa terimakasih.

Sedangkan cinta karena Allah yang patut untuk dicintai adalah pengalaman cinta Rabi'ah yang memuncak. Pengalaman seperti ini sudah menapaki jenjang paling tinggi yang tidak dialami oleh orang awam. Pada taraf ini Ke jamal-an (keindahan Tuhan) dan ke-Kamal-an (kesempurnaan) Tuhan tersibak dan dapat disaksikan oleh seorang sufi. Dan ketika sufi mengalami hal seperti ini ia akan merasa bahwa semua selain Allah adalah nisbi, buruk, jelek dan tidak berguna. Yang baik, agung, cantik, indah, sempurna dan selalu memberikan manfaat hanya Alah semata saja. Orang yang mendapatkan mahabbah ini tidakakan memperhatikan keuntungan, kerugian, kesedihan, kegembiraan dan lain sebagainya. Hidupnya hanya ditujukan dan diorientasikan kepada Allah semata.

Rabi'ah al-Adawiyyah pernah berkata: Ya Allah jika aku beribadah kepada-Mu karena takut siksa neraka, maka bakarlah aku didalam api neraka! Jika aku beribadah kepada-Mu karena mengharap sorga, maka jauhkanlah aku dari sorga-Mu! Tetapi jika aku beribadah kepada-Mu karena Engkaulah yang layak untuk disembah, maka jangan sembunyikan keindahan Wajah-Mu!

Dari kata-kata Rabi'ah ini dapat disimpulkan bahwa hidup dan matinya Rabi'ah hanya untuk sosok yang Dicintai. Sosok itu adalah Allah swt. Ibadahnya tidak mengharapkan apapun. Dia hanya ingin memandang, berdekatan dan berusaha selalu membuat ridla, suka dan senang sosok yang dicintainya.
Cinta semacam Rabi'ah kepada Allah swt mengalahkan cinta kepada selain Allah. Hingga suatu ketika ada seorang laki-laki datang melamarnya (menurut riwayat beliau adalah Sofyan ats-Tsauri). Namun Rabi'ah menolak lamaran tersebut.beliau berkata: Jika engkau hendak menikahiku, maka mintalah izin kepada Allah karena akumilik Allah.

Kecintaan Rabi'ah terhadap Allah melupakan segala macam kesengangan duniawi, bahkan untuk menikahpun beliau menolak untuk melakukannya. Hal seperti ini yang dianggap oleh banyak kalangan sebagai cinta mati. Suatu ketika beliau ditanya oleh seseorang: "Ya Rabi'ah apakah engkau mencintai nabi Muhammad?" beliau menjawab: Aku mencintai Nabi Muhammad tetapi cintaku kepada Allah melupakan cintaku kepada makhluk.Cinta yang diungkapkan Rabi'ah menyiratkan bahwa cinta kepada Allah diatas segala cinta, termasuk cinta kepada Nabi. Hal ini berbeda dengan konsep cinta Zun Nun al- Mishri, justru beliau menyatakan cinta kepada nabi Muhammad harus dimiliki oleh setiap sufi. Dan cinta kepada Nabi Muhammad sejajar dengan cinta kepada Allah. Karena cinta kepada Nabi akan menimbulkan ketauladananan dari Nabi.

Tidak jauh berbeda dengan Rabi'ah, Zun Nun al-Mishri pun memiliki konsep cinta (Mahabbah). Menurutnya Cinta itu terbagi menjadi tiga tahapan. Tahapan pertama seseorang harus mencintai para ulama. Karena para ulama adalah warosatul al-ambiya (penerus para nabi). Jika seseorang mencintai para ulama ia akan meneladani para ulama. Setelah itu ia meneladani para ulama maka akan menimbulkan kecintaan kepada Rasulullah saw. Jika seseorang sudah mencintai Rasulullah, maka ia akan meneladani perilakuRasulullah saw. Dan jika sudah meneladani perilaku Rasulullah maka cinta kepada Allah akan timbul seperti cintanyaRabi'ah.
Zun-Nun al-Mishri, diriwayatkan meninggal dunia karena cinta. Diceritakan pada sebuah jamuan pertemuan para pembaca sima Zun Nun membaca puisi cinta sambil fana'(hilang kesadarannya karena ditarik dengan kesadaran ilahi). Ia membaca puisi cinta hinggga keluar ruangan dan pergi ke hutan bambu yang telah ditebas pohon-pohonnya. Kakinya tertusuk patahan-patahan bambu sampai infeksi. Tetapi beliau tidak merasakan sakit. Yang dirasa hanya rasa riang dan gembira karena cintanya kepada Allah. Sementara infeksi kakinya menyebar sampai ia menemui ajalnya. Dengan demikian cinta yang dialami Zun Nun dapat mengenyahkan rasa sakit jasmani.

Dari teori cinta (mahabbah) agaknya kita sebagai seorang muslim harus memiliki sebuah ambisi untuk mendapatkan maqam ini. Karena orientasi seorang hamba adalah mengenal, mencinta, berdekatan, bermesraan dan bersatu dengan Sang Maha Cinta, Allah swt.

Allah SWT berfirman yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mumin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS al-Maidah: 54)

Ayat diatas menerangkan bahwa Allah swt menurunkan kaum yang memiliki cinta. Cinta adalah sebuah rasa atau keadaan jiwa yang dapat menadamaikan kehidupan. Cinta yang hakiki adalah cinta kepada dan berdasarkan Allah swt. Konsep cinta di dalam Islam hanya terdapat pada doktrin sufisme/tasawuf. Doktrin ini dinamakan dengan mahabbah.

Selanjutnya dalam al-Qur'an selalu ditekankan kepada orang-orang yang beriman untuk mensucikan jiwa agar hubungannya dengan Tuhan berjalan lancar. Proses penyucian ini dalam tasawuf dinamakan dengan tazkiyatun nafs. Al-Qur'an membicarakan hal ini dalam ayat berikut:

Nabi juga bersabda dalam sebuah hadits qudsi mengenai kewalian, yaitu:
Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan permusuhan-Ku terhadapnya. Tidak ada sesuatu yang mendekatkan hamba-Ku kepada yang lebih Ku-sukai dari pada pengamalan segala yang kufardlukan atasnya. Kemudian, hamba-Ku yang senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan melaksanakan amal-amal sunah, maka Aku senantiasa mencintainya

Bila Aku telah jatuh cinta kepadanya, jadilah Aku pendengarannya yang dengannya ia mendengar. Aku penglihatannya yang dengannya ia melihat. Aku tangannya yang dengannya ia memukul. Aku kakinya yang dengan itu ia berjalan. Bila ia memohon kepada-Ku, Aku perkenankan permohonannya. (Wallahu a'alm)

Dikutip dari : http://ngajiislam.blogspot.com/2010/07/cinta-menurut-kajian-tasawuf.html


Rabu, 27 Maret 2013

Kisah Teladan - Restu Ibu Imam Syafi'e

Sejak kecil, Imam Syafie telah hafal al-Quran dan banyak hadis. Jika mendengar ada guru datang mengajar, dia segera pergi bagi menimba ilmu. Ketika berusia 14 tahun, Imam Syafie menyatakan hasrat kepada ibunya tentang keinginannya untuk merantau bagi menambahkan ilmu.

Pada mulanya, ibunya merasa berat untuk melepaskan kerana Syafie adalah satu-satunya harapan ibunya untuk menjaganya di hari tua. Demi ketaatan dan kasih sayang Syafi'e kepada ibunya, dia membatalkan keinginannya itu. Akhirnya ibunya mengizinkan Syafi’e merantau bagi menambah ilmu pengetahuan.

Sebelumnya melepaskan anaknya, maka ibunya berdoa, “Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh Alam! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keredhaanMu. Aku rela melepaskannya untuk menuntut pengetahuan peninggalan PesuruhMu. Oleh kerana itu aku bermohon kepadaMu, ya Allah agar dipermudahkan urusannya. Peliharakanlah keselamatannya, panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat kepulangannya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna. Amin!”

Selesainya berdoa ibunya memeluk Syafie yang kecil dengan penuh kasih sayang dan dengan linangan air mata kerana sedih untuk berpisah.

“Pergilah anakku. Allah bersamamu! Insya-Allah engkau akan menjadi bintang ilmu yang paling gemerlapan dikemudian hari. Pergilah sekarang kerana ibu telah redha melepaskanmu. Ingatlah bahwa Allah itulah sebaik-baik tempat untuk memohon perlindungan.”

Selepas ibunya berdoakan, Syafi'e mencium tangan ibunya dan mengucapkan selamat tinggal. Dia meninggalkan ibu yang sangat dikasihinya dengan hati yang pilu dan mengharapkan ibu sentiasa mendoakan kesejahteraannya dalam menuntut ilmu.

Oleh kerana kehidupannya yang sangat miskin, maka Syafi'e berangkat dengan tidak membawa bekalan wang, kecuali dengan berbekalkan doa ibunya dan cita-cita yang teguh untuk menambah ilmu sambil bertawakkal kepada Allah.

Ketika mengingati kisah ini, Imam Syafie berkata, “Sesekali aku menoleh kebelakang untuk melambaikan tangan kepada ibuku. Dia masih berada perkarangan rumah sambil memperhatikan aku. Lama-kelamaan wajah ibu menjadi samar ditelan kabus pagi. Aku meninggalkan kota Makkah yang penuh barakah tanpa membawa sedikit pun bekalan wang. Apa yang menjadi bekalan bagi diriku hanyalah Iman yang teguh dan hati yang penuh tawakkal kepada Allah serta doa restu ibuku sahaja. Aku serahkan diriku kepada Allah seru sekalian Alam.”

Disadur dari  http://kisahseributeladan.blogspot.com/

Kamis, 21 Maret 2013

GLOBALISASI, REMAJA DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM



Dalam kurun waktu tiga dekade terakhir ini, dapat disimak terjadinya pergeseran nilai, norma dan tatanan sosiokultural yang dialami remaja terutama dilingkup kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya serta kota-kota besar secara menyeluruh. Walaupun perkembangan teknologi komunikasi  yang nyata dalam jangkauan penayangan acara televisi ke seantero kepulauan di Indonesia menunjukkan bahwa geseran normatif dalam permasalahan remaja pun merebak di kota-kota kecil. Fakta empirik yang menunjang terjadinya pergeseran normatif tersebut muncul pada respons tertulis mengenai kasus-kasus remaja seperti pergaulan bebas, pornografi, narkoba, tawuran dan sebagainya yang terungkap pada pemberitaan dari berbagai media massa, apakah itu tabloid, majalah remaja, ataupun koran-koran mingguan.
Pada era globalisasi yang sedang berjalan saat ini, banyak terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial budaya. Dengan sendirinya segala perubahan tersebut akan berpengaruh pada kehidupan individu. Perubahan yang begitu cepat memberikan konsekuensi bagi individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan yang makin lama makin meningkat. Demikian juga dengan keadaan di Indonesia, hal tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan nilai-nilai sosial budaya.
Salah satu dampak negatif yang dilahirkan era globalisasi adalah pergaulan bebas. Pergaulan bebas memberikan efek negatif secara langsung terhadap perkembangan remaja, baik secara biologis, psikis, kognitif, kepribadian, sosial maupun spiritual. Hal tersebut terjadi karena pergeseran norma-norma dan nilai-nilai spiritual yang semakin lama mulai tenggelam oleh perkembangan zaman yang semakin kompleks dengan hal-hal yang bersifat duniawi.
Pergaulan bebas merupakan hal yang erat sekali kaitannya dengan remaja. Hal ini dikarenakan terjadinya perkembangan seksual yang mendorong remaja untuk mulai mencoba sesuatu yang berhubungan dengan perilaku seksual. Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan menuju masa dewasa. Pada masa ini kondisi kejiwaan remaja dalam kondisi sangat labil dan tentunya sangat membutuhkan arahan/bimbingan yang tepat. Karena jika salah memberikan arahan tentunya akan berdampak pada kepribadiannya yang cendrung melakukan hal-hal yang bersifat negatif. Karena pada hakikatnya masa remaja adalah masa pencarian jati diri yang tentunya akan membentuk kepribadiannya dimasa dewasa kelak.
Ibnu Qayyim mengatakan bahwa: “Barang siapa yang membiasakan sesuatu diwaktu mudanya, waktu tua akan menjadi kebiasaannya juga.”
Banyak sekali anak-anak belasan tahun, terutama yang laki-laki, mengalami masa penuh pergolakan, sebagian mereka malah terlibat kenakalan tertentu. Keadaan jiwanya yang bertentangan itu mungkin membuka jalan menuju karirnya di kemudian hari. Tetapi ada juga yang hanya mengarah pada tindakan aneh-aneh yang tidak bertujuan. Pada sebagian besar anak keadaan itu lenyap bersama tumbuhnya kedewasaan dan jadilah mereka warga negara yang baik seperti orang lain. Hasil terakhir itu sebagian tergantung dari karakternya pada masa kecil, sebagian lagi dari kesempatannya untuk mendapat pendidikan dan pekerjaan.
Narkoba, seks bebas, pergi ke diskotik, membaca majalah porno atau menonton film porno merupakan sebagian efek negatif yang dilahirkan pergaulan bebas. Hilangnya hijab (rasa malu) antara laki-laki dan perempuan seakan memberi jalan yang sangat lebar terjadinya perilaku seks bebas. Perilaku seksual seperti onani, masturbasi, petting, necking, oral dan perilaku yang mengarah pada perzinahan merupakan realita perilaku remaja sehari-hari.
Anak-anak remaja harus menghadapi konflik-konflik dari berbagai bidang dan lingkungan. Perjuangan mereka yang terberat adalah pengembangan pengetahuan tentang seksualitas. Mereka mulai mengenal adanya birahi. Terutama pada anak laki-laki, keadaan itu lebih intens, lebih kuat daripada nanti ketika dia lebih dewasa. Ketika dia sudah mempunyai pandangan yang lebih baik tentang lawan jenisnya sehingga mampu mengontrol diri. Pada saat ini dia belum dapat memahami hubungan pria wanita sesungguhnya, yaitu persahabatan yang dalam, penghargaan, kesenangan, dan cita-cita yang sama, rencana untuk hari depan. Tapi pada masa remaja rasa tertarik itu tiba-tiba saja datang, tidak disertai yang lain-lain dan mengacaukan laki-laki muda dan gadis-gadis muda ke sekelilingnya. Di satu pihak perasaan tersebut menyenangkan dan menegangkan, dipihak lain menimbulkan rasa malu, hilangnya kepercayaan diri, kegelisahan dan rasa bersalah.
Kecendrungan mereka untuk ingin mengetahui dan melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sangatlah kuat. Sehingga jika dibiarkan mereka bereksplorasi sendiri tanpa pengawasan atau bimbingan sangatlah riskan dan rawan terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang tidak sesuai dengan norma-norma atau aturan-aturan yang telah ditetapkan agama maupun masyarakat. Padahal Islam dengan tegasnya melarang perbuatan zina sebagaimana firman Allah swt, dalam surat Al-Isra’ ayat 32, yang artinya : Dan jangan sekali-kali kalian mendekati perbuatan zina, karena sesungguh itu perbuatan keji dan seburuk-buruknya jalan. (Q.S Al-Isra’ 32)
Tingginya tingkat kehamilan remaja diluar nikah, serta maraknya praktek aborsi, serta tingginya angka penderita penyakit AIDS yang saat ini terus meningkat dan belum ditemukannya vaksin yang benar-benar efektif menyembuhkannya, yang tentunya memberikan dampak pada gangguan fisik, psikis, sosial serta spiritual remaja yang sangat akut dan parah yang tentunya berakibat pada terganggunya kegiatan-kegiatan pendidikan maupun bersosialisasi dengan masyarakat.
Melihat fenomena dan realita diatas, tentunya sangat dibutuhkan penanggulangan yang cepat dan tepat. Salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan agama yang benar dan mendalam. Peran pendidikan agama sangatlah penting dan mendasar dalam membentuk kepribadian remaja yang utama. Dengan memberikan pendidikan agama yang tepat tentunya diharapkan memberikan bekal spiritual dan rohani yang cukup untuk dijadikan bahan pertimbangan jika akan melakukan sesuatu.
Pendidikan agama Islam bukan sekedar menyampaikan atau mentransfer ilmu pengetahuan belaka, tetapi disamping itu pendidikan agama Islam juga menanamkan nilai-nilai serta norma-norma budi pekerti yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga nantinya mampu melahirkan generasi-generasi handal baik secara keilmuan yang sifatnya umum maupun yang bersifat keagamaan, agar tercipta generasi Islam yang tangguh dan tidak rusak.
Dr. Yusuf Qordhowi memberi ulasan mengenai penyebab rusaknya umat Islam: “Penyakitnya ada dalam diri kita semua, karena semuanya beriman kepada Allah, dan sekaligus tidak patuh kepada perintah-Nya. Kita mengaku cinta kepada Rasulullah, tetapi enggan mengikuti ajarannya. Ingin masuk ke Sorga, tapi tidak menempuh jalan-jalannya, dan takut pada api Neraka, namun senang menempuh jalan yang dapat mengantarnya ke Neraka. Senang mengakui dirinya sebagai orang Islam, tetapi enggan bekerja untuk membela agamanya. Sunggung bahagia orang yang telah mulai dengan memperbaiki dirinya sendiri, kemudian mengajak orang lain. Meletakkan tangannya dan berbimbingan tangan dengan semua orang yang sealiran yang sepaham dalam berbuat kebaikan, tidak jemu dengan apa yang dilakukan, tidak putus asa dengan apa yang dihadapi, percaya penuh pada dirinya, berbahagia dengan agamanya, beriman dengan Rabbnya, dan senantiasa mengharap  bantuan-Nya agar memenangkan kaum muslimin.
Agama berperan memberikan sumbangan fungsionalnya terhadap proses sosialisasi dari pemeluknya. Setiap individu disaat dia tumbuh menjadi dewasa memerlukan suatu sistem nilai sebagai macam tuntutan umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya. Oleh karena itu pendidikan agama di sekolah diharapkan memberikan peran yang besar terhadap perkembangan nilai-nilai rohani bagi setiap siswanya, meskipun pendidikan agama disekolah umum hanya diajarkan terbatas dan tidak sesering pengajaran agama di sekolah keagamaan maupun dipesantren. Tentu hal tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi pihak sekolah maupun guru agar mampu memberikan pembelajaran yang maksimal dengan waktu yang terbatas kepada siswanya.
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu jenis dari pendidikan agama di Indonesia. Pendidikan Agama Islam berperan membentuk manusia Indonesia yang percaya dan takwa kepada Allah SWT, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Menurut Drs. Ahmad D. Marimba: Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain seringkali beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah Kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Pendidikan Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek kerohanian dan jasmaninya juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu pematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan, baru dapat tercapai bila mana berlangsung melaui proses demi proses kearah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhannya.
Remaja sebagai generasi muda harapan bangsa. Sebab maju mundurnya suatu bangsa dan negara dimasa depan adalah tergantung pada remaja yang ada sekarang. Sebagaimana telah dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara: “In het ver leden light het heden, in het nuwat warden zal” yang artinya “Zaman sekarang dibentuk oleh zaman lampau, masa yang akan datang ditentukan oleh keadaan sekarang.”
Generasi yang terus membangun, berkarya dan bekerja demi mendapat ridho dari Allah SWT. Allah SWT menciptakan manusia tidak lain agar mereka bekerja. Dari sini Allah SWT akan menguji hambanya, sebagaimana firmannya dalam surat Al-Kahfi ayat 7, yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah mejadikan, apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka, siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya."(Q.S. Al-Kahfi: 7)



 Artikel ini merupakan saduran dari Skripsi penulis yang judul aslinya adalah "Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Menanggulangi Prilaku Seksual Remaja Pranikah"

Rabu, 20 Maret 2013

Bro... Jangan Suka Tanya-tanya Jam Sama Orang Lain


 Seorang pemuda sedang dalam perjalanannya kembali ke Jakarta dengan kereta Senja Utama. Persis didepannya duduk seorang bapak. Setelah lama berdiam diri, sambil menguap si pemuda bertanya kepada bapak tersebut, "Jam berapa sekarang, Pak?"

 Sebuah pertanyaan yang biasa kita tanyakan dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun khan??? Dan biasanya kita selalu dapat jawaban.

Namun kali ini sungguh diluar dugaan, si bapak diam saja. Mengira sang bapak agak kurang pendengarannya, pemuda tersebut mengulanginya sampai 3 kali.

Namun si bapak diam tidak bergeming sedikitpun. Karena kesal, pemuda tersebut langsung mencolek bapak tersebut dan berkata, Saya heran mengapa bapak tidak menjawab pertanyaan saya?? Apa sich susahnya?

Si bapak bilang, "Bukannya saya nggak mau menjawab, tapi nanti kalau saya jawab, kita pasti ngomong-ngomong lagi soal ini soal itu, sampai nanti kita jadi akrab".

Si pemuda melongo mendengar ceramah bapak tadi.

Terus dia tanya lagi, "Lalu apa salahnya kalau kita akrab?"

Si bapak bilang, "Nanti anak gadis dan istri saya akan menjemput saya di Gambir,kalau kita akrab, nanti kita akan turun sama-sama. Terus saya pasti mengenalkan mereka sama kamu."

Si pemuda tambah bingung dan penasaran. "Terus pak??" tanyanya lagi.

"Istri saya tuch orangnya baik sekali sama semua orang, nanti dia pasti nawarin kamu mampir ke rumah. Nanti kamu mandi di rumah saya, terus makan di rumah saya.

Nanti lama-lama kamu bisa akrab sama anak gadis saya dan kamu bisa jadi pacar anak saya. Lama-lama kamu bisa jadi menantu saya," katanya lagi.

Si pemuda yang tadi sudah bingung sekarang makin bingung. Lantas dia tanya, "Terus apa hubungannya sama pertanyaan saya yang pertama??"

Sambil berdiri bapak tersebut menjawab dengan lantang, "Masalahnya? ...,
SAYA TIDAK MAU PUNYA MENANTU SEPERTI KAMU.
JAM TANGAN AJA NGGAK PUNYA!"

heheheheh... cuma humor bro :)